Tantangan perikanan budidaya tidak terlepas pada kondisi saat ini. Saat ini Indonesia telah memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Pada era ini, sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang menjadi prioritas. Indonesia memiliki potensi wilayah dan jumlah produksi perikanan yang cukup baik untuk wilayah ASEAN. Menurut data yang dirilis oleh Organisasi Pangan Dunia (FAO) yang di publikasikan pada situs resmi Kementrian Kelautan dan Perikanan, Indonesia berada di peringkat paling baik dibandingkan Vietnam, Thailand, Filipina, dan Malaysia. Hal ini menjadi peluang sekaligus tantangan perikanan budidaya di Indonesia. Ditambah secara produksi global memang perikanan bududiaya tetap menjadi sektor yang berperan penting dalam menyumbang pertumbuhan tinggi untuk memenuhi permintaan terhadap produk perikanan yang terus meningkat (FAO, 2014). Selain itu, kondisi bahwa nilai perdagangan ikan di negara-negara berkembang yang mencapai separuh dari komoditas yang diperdagangkan (Anonim, 2014). Tantangan perikanan budidaya di Indonesia ini sudah seharusnya segera di jawab oleh kita sebagai bangsa Indonesia.
Demi menjawab tantangan perikanan budidaya. Indonesia tetap harus fokus menggarap potensi sektor perikanan. Hal ini dikarenakan akan ada peningkatan permintaan di sektor ini. Sementara itu peningkatan jumlah penduduk di kawasan ASEAN pun nantinya akan menjadi pemicu peningkatan permintaan hasil produksi ikan budidaya. Seperti yang dinyatakan oleh Murtidjo Bambang A (2010) bahwa dewasa ini kebutuhan ikan bagi masyarakat semakin penting, maka sangat wajar jika usaha perikanan air tawar harus dipacu untuk dikembangkan. Usaha tani di bidang perikanan air tawar memiliki prospek yang sangat baik karena sampai sekarang ikan konsumsi, baik berupa ikan segar maupun bentuk olahan, masih belum mencukupi kebutuhan konsumen. Hal ini dipicu karena masyarakat semakin sadar akan manfaat akan mengkonsumsi ikan. Konsumsi akan daging putih (ikan) dinilai mengandung lebih banyak protein dibanding daging merah (sapi, kambing, atau ayam). Dilihat dari segi harga, daging ikan jauh lebih terjangkau dibandingkan daging merah.
Tantangan Perikanan Budidaya di Indonesia
Indonesia sebagai negara yang berkomitmen tinggi terhadap kedaulatan pangannya harus memanfaatkan peluang pasar yang besar ini. Salah satunya dengan meningkatkan kemampuan hasil produksinya agar bisa bersaing di pasar ASEAN. Secara umum tantangan terbesar adalah adanya kesamaan komoditas yang dikembangkan dan diekspor oleh sesama negara anggota ASEAN. Adapun pada tantangan internal terdapat empat tantangan utama dalam pengembangan system budidaya di Indonesia (Anonim, 2015). Tantangan perikanan budidaya yang dihadap yaitu (1) Ketersediaan benih berkualitas, (2) Ketersediaan pakan dengan bahan baku lokal, (3) Dukungan teknologi, dan (4) Kebijakan pemerintah yang pro pembudidaya.
Menghadapi tantangan tersebut, terdapat suatu terobosan untuk meningkatkan produksi perikanan budidaya. Teroobosan tersebut berupa kebijakan yang pro terhadap sub sektor perikanan. Salah satu kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 32/MEN/2010 yaitu tentang penetapan Kawasan Minapolitan. Tujuan kebijakan Minapolitan adalah agar tercapainya peningkatan produksi untuk 10 komoditas unggulan perikanan budidaya. 10 komoditas unggulan perikanan budidaya antara lain rumput laut, udang, kakap, kerapu, bandeng, mas, nila, patin, lele dan gurame. Langkah ini dinilai sebagai sesuai dengan latar belakang pembangunan sektor perikanan di Indonesia.
Melalui kebijakan ini, sudah seharusnya Indonesia menjadikan perikanan budidaya sebagai salah satu penggerak utama pembangunan nasional kedepan. Semua bertujuan untuk kemakmuran masyarakat Indonesia dan peningkatan perekonomian nasional. Kebijakan Minapolitan nantinya akan mampu menjaga ketersediaan dan meningkatkan PDB. Melalui kebijakan Minapolitan pula, Indonesia mampu menjawab tantangan terkait ketahanan pangan dunia melalui sektor perikanan. Peningkatan penduduk dunia diperkirakan akan mencapai 8,2 milyar pada tahun 2030. Apabila konsumsi terhadap ikan perkapita mencapai 19 kg per tahun (FAO.2014). Maka pada tahun 2030 diperlukan ketersediaan ikan sebantak 156 juta ton. Melihat fakta ini, Indonesia melalui kebijakan Minapolitan akan lebih siap untuk menghadapinya. Kebijakan ini juga selaras dengan prediksi FAO. FAO memprediksi pemenuhan kebutuhan manusia akan pangan ikan bersumber dari intensifikasi perikanan budidaya.
Refrensi :
Food and Agriculture Ogranization, 2014. The State of World Fisheries and Aquaculture : Opportunity and Challenges. Http://www.fao.org/fishery/publications/sofia/en.
Monintja, D. 2001. Pemanfaatan Sumber Daya Pesisir Dalam Bidang Perikanan Tangkap. Prosiding Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir, Institut Pertanian Bogor.
Anonim, 2014. Peluang dan Tantangan Sektor Perikanan. http://www.porosmaritim.com.
Artikel Terkait :
Kabupaten Banyumas Sebagai Kawasan Minapolitan : Ikan Gurame Sebagai Sektor Unggulan
Kebijakan Perikanan : Kawasan Minapolitan di Indonesia
Potensi Besar Perikanan Budidaya di Indonesia Saat Ini
Latar Belakang Pembangunan Sektor Perikanan di Indonesia
Incoming search terms:
- peluang dan tantangan dalam pengembangan aquaculture
- tantangan pengembangan perikanan budidaya